VISI.NEWS – Misi utama ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. adalah menebarkan rahmat bagi alam semesta. Hal ini tercatat dalam Surat Al-Anbiya Ayat 107.
Artikel ini akan menguraikan lebih jauh bagaimana kita selaku umat Islam perlu memahaminya. Terutama pemahaman dalam konteks keberagaman dan iklim pluralitas sebagaimana kita yang hidup di Indonesia.
Dalam Ayat tersebut Allah SWT berfirman:
وما أرْسَلْناكَ إلّا رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
Wa maa arsalnaaka illaa rahmatan lil ‘aalamiin, artinya:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (Surat al-Anbiya ayat 107)
Ayat ini merupakan bagian surat Al-Anbiya, surat yang menurut para ulama keseluruhan ayatnya turun sebelum Nabi Muhammad saw. hijrah. Artinya ayat ini termasuk dalam ayat turun di Mekah. Sebagai ayat yang turun di Mekah, kita bisa membayangkan lingkungan kota Mekah yang kosmopolit, plural, dan tempat berkumpul bagi beragam suku dan kepercayaan.
Pernyataan bagi seluruh alam dalam ayat ini menjadi sangat penting karena ditujukan tidak hanya bagi orang-orang yang beriman kepada Nabi saw., tetapi juga bagi orang-orang yang tidak beriman.
Menurut Imam Al-Thabari dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Quran, meskipun terdapat perdebatan soal apakah hanya bagi orang beriman ataukah juga bagi yang tidak beriman, pendapat yang paling tepat adalah yang mengacu pada riwayat Ibn ‘Abbas:
“Bahwasanya Allah mengutus Nabi-Nya Muhammad saw. sebagai rahmat bagi seluruh alam, baik orang beriman maupun yang ingkar.”
Apa yang diungkapkan Imam Al-Thabari di atas juga disepakati oleh para mufasir setelahnya. Al-Qurthubi misalnya dalam al-Jami’ li Ahkam al-Quran juga mengutip riwayat dari Ibn ‘Abbas:
كَانَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحْمَةً لِجَمِيعِ النَّاسِ فَمَنْ آمَنَ بِهِ وَصَدَّقَ بِهِ سَعِدَ، وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِهِ سَلِمَ مِمَّا لَحِقَ الْأُمَمَ مِنَ الْخَسْفِ وَالْغَرَقِ
“Nabi Muhammad saw. adalah rahmat bagi seluruh manusia. Maka siapa yang beriman dan membenarkannya akan selamat dan siapa yang tidak beriman juga akan selamat dari apa yang telah menimpa umat-umat terdahulu yang terbenam dan tenggelam.”
Berbeda dengan penafsiran-penafsiran di atas, para mufasir Indonesia yang telah hidup di abad modern agaknya lebih dekat pemaknaannya dengan kehidupan kita saat ini.
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar dengan tegas menyatakan bahwa ayat ini menjadi bukti bahwa pokok ajaran Islam ialah rahmat bagi kemanusiaan. Menurutnya, Islam mempersamakan hak manusia tanpa melihat kelas sosial dan warna kulit.(bersambung)/ @fen/sumber: islami.co